Explore AtmosWatch with a 14-day Free Trial. Click here to register now!
Fairatmos

Gas Tak Terlihat yang Mengubah Dunia Kita

Sains

AuthorSulthana Dzakira
Dipublikasikan 29 Jul 2025
Gas Tak Terlihat yang Mengubah Dunia Kita

Gas rumah kaca (GRK) adalah istilah umum untuk sejumlah senyawa kimia tertentu yang dilepaskan ke atmosfer akibat pembakaran bahan bakar fosil. Gas-gas ini yang bertanggung jawab atas pemanasan global. Meski mudah untuk merasa tidak punya andil dalam perubahan iklim, setiap kali kita mengisi daya ponsel, membuang botol plastik, atau saat seekor sapi bersendawa semuanya berkontribusi pada naiknya suhu bumi. Bahan bakar fosil sudah sangat melekat dalam kehidupan modern, hingga sebagian besar dari kita enggan memikirkannya lebih jauh. Bahkan istilah “gas rumah kaca” sendiri muncul dari media Barat sebagai cara untuk melunakkan persepsi terhadap dampak nyata dari penggunaan bahan bakar fosil. Ada tiga jenis utama GRK beberapa lebih melimpah di atmosfer, dan beberapa jauh lebih berbahaya.

Karbon dioksida adalah GRK yang paling dikenal luas dan jumlahnya sangat banyak di atmosfer karena menjadi “makanan” utama bagi tanaman. Meskipun porsinya dalam atmosfer tidak sebesar nitrogen atau oksigen, keberadaannya cukup dominan hingga menjadi penyebab utama krisis iklim saat ini. GRK kedua yang paling umum adalah metana, yang sering diasosiasikan secara humoris dengan proses pencernaan sapi. Namun, sumber terbesarnya justru berasal dari produksi gas alam. Karena kelalaian dan keserakahan, metana dilepaskan setiap jam di lokasi pengeboran gas. Perusahaan seperti Chevron dan Exxon Mobil enggan berinvestasi dalam infrastruktur yang dapat menangkap gas berlebih ini, sehingga mereka memilih membakarnya (flaring). Idealnya, proses flaring mengubah metana menjadi karbon dioksida, tapi dalam praktiknya, pembakaran ini sering gagal, dan sangat sedikit upaya nyata untuk mengembangkan inovasinya.

Yang terakhir, dan sering kali dianggap GRK paling berbahaya serta paling tidak dikenal karena jumlahnya lebih kecil adalah gas rumah kaca terfluorinasi. Gas ini bukan berasal dari pembangkitan listrik, melainkan berasal dari aktivitas manusia sehari-hari. Contohnya adalah gas buangan dari kulkas atau AC, atau dari proses produksi busa isolasi dan penyolderan komponen elektronik. Meskipun jumlahnya lebih sedikit di atmosfer, satu ton gas ini bisa seribu kali lebih berbahaya dalam menyebabkan pemanasan global dibandingkan satu ton karbon dioksida. Semua gas ini adalah bagian dari GRK yang saat ini sangat sulit dihindari dalam kehidupan modern.

Namun, masa depan yang lebih hijau masih mungkin dicapai selama kita bertindak cepat. Menurut Climate.gov, kenaikan suhu global telah meningkat rata-rata 0,20 derajat Celsius setiap dekade sejak 1982. Data ini seharusnya menjadi alarm bagi kita untuk mulai mempertimbangkan dampak nyata dari emisi yang kita hasilkan. Daripada hanya fokus pada prediksi dan spekulasi, kita harus lebih peka terhadap perubahan nyata yang sudah terjadi. Kita memang tidak bisa melihat gas-gas yang mencemari atmosfer, tapi kita semua bisa merasakan suhu yang kian panas, permukaan laut yang naik, dan meningkatnya frekuensi bencana alam yang merusak.

Dampak kenaikan suhu ini sangat terasa di Indonesia. Pada 2019, suhu di Jakarta mencapai lebih dari 38°C, menjadikan aktivitas sehari-hari sangat berat dan memicu berbagai gangguan kesehatan seperti heatstroke. Para petani juga terdampak karena penurunan hasil panen akibat panas yang berlebihan mengancam ketahanan pangan kita semua, terutama masyarakat yang paling rentan.

Naiknya permukaan laut juga menjadi ancaman besar bagi wilayah pesisir Indonesia. Jakarta tenggelam dengan cepat, dan diperkirakan beberapa bagiannya akan berada di bawah air pada 2050. Hal ini mengancam tempat tinggal, infrastruktur, dan ekonomi. Erosi pesisir dan intrusi air laut juga memperburuk pertanian dan pasokan air bersih.

Bencana cuaca ekstrem kini terjadi lebih sering dan lebih parah. Banjir besar di Jakarta pada tahun 2020 mengakibatkan lebih dari 60.000 orang mengungsi dan menyebabkan banyak korban jiwa. Hujan deras dan badai merusak infrastruktur dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Komunitas miskin paling terdampak, karena tidak memiliki sumber daya untuk pulih dan beradaptasi.

Pada akhirnya, semua ini adalah dampak nyata dari krisis iklim yang sangat berkaitan dengan jumlah GRK yang terus meningkat di atmosfer. Walau akar masalahnya sering tak kasat mata, konsekuensinya akan kita rasakan bersama. Dalam beberapa dekade ke depan, kita harus aktif mengurangi semua jenis emisi GRK. Jika Anda ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana Fairatmos turut berkontribusi dalam pengurangan emisi ini, silakan kunjungi laman Insight kami.

Sumber:

Climate Change: Global Temperature

Climate EC Europe: Fluorinated Greenhouse Gases


Tentang Fairatmos
Fairatmos adalah perusahaan teknologi iklim yang membantu Anda menemukan, mengembangkan, dan menghadirkan proyek offset karbon berkualitas tinggi dalam skala besar. Kami percaya bahwa alam memiliki kekuatan untuk memulihkan dan menyerap gas rumah kaca dari atmosfer dengan bantuan teknologi.

Teknologi kami memanfaatkan citra satelit dan penginderaan jauh untuk membantu komunitas dan perusahaan menemukan potensi kredit karbon hutan mereka, sehingga dapat beralih dari penebangan menjadi pelestarian dan rehabilitasi hutan secara percaya diri.

Dengan teknologi pemantauan presisi tinggi, kami membantu memantau kinerja dan integritas proyek karbon, sekaligus memastikan dampak sosial dan pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan kepercayaan pada integritas, kami menghubungkan perusahaan pengimbang karbon dengan proyek-proyek berkualitas.

Hingga kini, kami telah bekerja dengan lebih dari 200 pemilik aset, memproses lebih dari 18 juta hektar potensi karbon hutan di Asia Tenggara untuk mewujudkan inklusivitas.

Berita
Artikel
Teknologi Kami
Teknologi Kami
Stay Updated
connect
Fairatmos
GoWork, Pacific Place Mall, 1st floor unit 1-77
Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53
Kebayoran Baru, Senayan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Indonesia 12190
LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN
PT UDARA UNTUK SEMUA
Email [email protected]
WhatsApp Number +62 851 8332 2405
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
WhatsApp Number +62 853 1111 1010
iso