Pentingnya SDGs bagi Generasi Muda Indonesia
Lainnya

Masalah yang diwariskan dari generasi sebelumnya, perubahan iklim, kini menjadi ancaman eksistensial yang harus dihadapi oleh generasi yang sebenarnya hanya memainkan peran kecil dalam pembentukannya. Entah seseorang memikirkannya setiap hari, atau hanya terlintas setelah bencana alam terjadi, krisis ini akan semakin terasa dalam kehidupan kita. Generasi muda Indonesia harus mengenal lembaga, pembuat kebijakan, dan program yang dirancang untuk membantu kita melawan krisis iklim. Dan tak ada yang lebih penting dibanding prinsip global SDG serta laporan perkembangan tahunan konvensinya. Pertemuan tahun lalu membawa kabar yang menggembirakan sekaligus pengingat akan tugas besar yang masih menanti.
Mari kita simak beberapa poin penting dari pertemuan November lalu:
Poin Penting dan Harapan Masa Depan
Pendidikan: Tingkat literasi dan numerasi meningkat pesat, terutama di kalangan perempuan. Menurut UNICEF, sekitar dua pertiga negara telah mencapai kesetaraan tingkat partisipasi sekolah dasar antara anak laki-laki dan perempuan. Meskipun biaya pendidikan tinggi naik, aksesnya terus meningkat baik di negara berkembang maupun maju, dengan tingkat partisipasi perlahan membaik pasca-pandemi COVID-19.
Kesehatan: Dalam masa pemulihan pasca-pandemi, upaya kesehatan global menjadi prioritas utama para pemimpin dunia. Pendanaan dari lembaga seperti PBB dan IMF diarahkan untuk memperkuat regulasi kesehatan internasional (IHR), agar negara penerima bantuan dari WHO memenuhi standar yang ditetapkan. Harapannya, evolusi regulasi ini dapat memberikan perlindungan lebih baik dari potensi pandemi di masa depan.
Pengurangan Kemiskinan: Tingkat kemiskinan ekstrem menurun hingga separuh sejak 2015, pencapaian luar biasa berkat pertumbuhan ekonomi dan program sosial yang tepat sasaran. Di Indonesia, program seperti Pahlawan Ekonomi Nusantara dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi contoh nyata upaya global dalam menghapus kemiskinan ekstrem dan membangun ekonomi dari akar rumput.
Perubahan Iklim: Tantangan dan Kemajuan Indonesia
Energi Terbarukan: Sayangnya, batu bara masih menjadi sumber energi utama Indonesia (lebih dari 60%), disusul gas alam (20%), dan sisanya dari minyak, biodiesel, dan energi terbarukan. RUPTL menargetkan transisi energi surya di Jawa-Bali dan Sumatera mencapai 10% pada 2025. Secara keseluruhan, Indonesia menargetkan 23% konsumsi listrik nasional berasal dari energi terbarukan.
Konservasi Hutan: Upaya menekan deforestasi mulai membuahkan hasil. Meski belum mencapai 3 juta hektare seperti diklaim Presiden Jokowi untuk periode 2011–2020, laporan FWI menyebut Indonesia telah mereklamasi sekitar 1 juta hektare. Indonesia bahkan menghasilkan lebih banyak carbon offset dibanding yang dibutuhkan untuk mencapai target Net Zero nasional, menjadikan restorasi hutan sebagai langkah iklim positif sekaligus potensi ekonomi.
Pertanian Cerdas Iklim: Inisiatif penyediaan teknologi dan pupuk ramah lingkungan bagi petani telah meningkatkan hasil panen meskipun iklim semakin tidak bersahabat. Penggunaan sensor tanah berbasis IoT dan pencitraan satelit membantu petani memahami kondisi lahan dan merespons cuaca ekstrem, penyakit, atau kekeringan. Selain itu, peralihan ke pupuk alami dan metode seperti cover cropping mengurangi erosi tanah jangka panjang.
Fokus Komitmen Nasional
Target NDC Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29% pada 2030 adalah komitmen ambisius. Namun untuk mewujudkannya, dibutuhkan investasi nyata dalam energi terbarukan, infrastruktur berkelanjutan, dan konservasi hutan. Indonesia harus menjaga pertumbuhan ekonomi sembari melakukan transisi hijau. Dalam rencana LTC-LCCR 2050, Indonesia menargetkan kerugian PDB hanya sebesar 3,45%. Ini pun angka konservatif, karena potensi kerugian bisa lebih besar jika tidak disertai kebijakan publik yang hati-hati dan insentif sektor swasta yang tepat. Kolaborasi lintas pemangku kepentingan baik publik maupun privat menjadi kunci ke depan.
Ajakan untuk Generasi Muda
Laporan SDG adalah pengingat penting. Meski ada kemajuan, tantangan besar masih membayangi. Sebagai anak muda, kita harus mengawal dan menuntut pemimpin untuk bertindak lebih berani dalam mengatasi perubahan iklim, ketimpangan, dan isu kritis lainnya.
Berikut cara kita bisa berkontribusi:
- Tetap Terinformasi: Pahami tentang SDG dan diskusikan bersama teman, keluarga, dan komunitas. Jangan hanya mengenal SDG secara konsep, tapi pahami praktik dan kebijakan yang lahir darinya. Mulai dari riset pribadi hingga memperkaya linimasa media sosial dengan konten seputar keberlanjutan. Akun seperti EHS Daily Advisor dan ESG Today bisa jadi sumber informasi, atau ikuti akun media sosial Fairatmos untuk kabar terbaru di sektor karbon offset dan proyek-proyek keberlanjutan.
- Tuntut Aksi: Sampaikan aspirasi kepada wakil rakyat dan pengambil keputusan agar mereka menjadikan kebijakan berkelanjutan sebagai prioritas. Pilih pemimpin dan partai yang punya komitmen terhadap iklim.
- Dukung Praktik Berkelanjutan: Terapkan pilihan gaya hidup ramah lingkungan. Perubahan kecil dan konsisten bisa memberikan dampak besar. Meskipun akar krisis iklim ada pada sistem ekonomi dan korporasi, pola konsumsi, cara memilih, dan kebiasaan individu tetap punya peran penting. Inilah cara kita mendorong perubahan dari bawah ke atas.
SDG bukan hanya sekadar impian besar, melainkan peta jalan menuju dunia yang lebih adil dan setara. Dengan tanggung jawab bersama baik dari pemimpin maupun generasi muda Indonesia bisa tetap berada di jalur yang benar dalam mencapai tujuan penting ini, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.
Tentang Penulis
Talitha Untono, intern dari tim CEO Office di Fairatmos, adalah sosok muda yang aktif menyuarakan kesadaran akan krisis iklim. Kepeduliannya terhadap isu sampah plastik dan praktik tidak berkelanjutan memicu semangatnya untuk menyebarkan berita lingkungan melalui tulisan dan unggahan LinkedIn-nya. Talitha kini terus mengeksplorasi dampak perubahan iklim dan mencari solusi nyata.
Tentang Fairatmos
Fairatmos adalah perusahaan teknologi iklim yang membantu Anda menemukan, mengembangkan, dan menghadirkan proyek offset karbon berkualitas tinggi secara skala besar. Kami percaya pada kekuatan alam untuk menyerap emisi gas rumah kaca, dengan dukungan teknologi.
Teknologi kami memanfaatkan citra satelit dan pemantauan jarak jauh untuk membantu masyarakat dan perusahaan menemukan potensi kredit karbon hutan mereka mengubah dari menebang menjadi menjaga dan merehabilitasi hutan dengan percaya diri.
Dengan teknologi pemantauan berpresisi tinggi, kami memastikan kinerja proyek karbon dapat dilacak secara transparan, dampak sosial terjaga, dan keanekaragaman hayati terlindungi. Dengan keyakinan atas integritas proyek, kami menghubungkan perusahaan yang ingin meng-offset emisinya dengan proyek berkualitas.
Hingga kini, kami telah bekerja sama dengan lebih dari 200 pemilik lahan, mengelola lebih dari 18 juta hektare potensi karbon hutan di Asia Tenggara untuk mewujudkan janji inklusivitas.