Bagaimana SDG PBB Menjadi Cetak Biru untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sains

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, pertama kali dirumuskan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pembangunan Berkelanjutan tahun 2012, terdiri dari 17 prinsip utama yang dirancang sebagai peta jalan bagi pemerintah dan korporasi di seluruh dunia. Tujuan-tujuan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan para pemangku kepentingan dengan menekankan keterkaitan antara pembangunan ekonomi, inklusi sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Fokus utama SDGs adalah menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua, dengan menangani tantangan global saat ini demi menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.
Salah satu pilar utama SDG adalah bagaimana manusia bisa mengintegrasikan pertimbangan iklim ke dalam berbagai sektor relevan, mulai dari ekstraksi mineral yang bertanggung jawab hingga pembangunan kota yang berkelanjutan khususnya dalam efisiensi energi dan perlindungan yang merata dari bencana iklim. SDG mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca, promosi energi terbarukan, dan pembangunan infrastruktur yang tangguh. Semua ini menjadi cetak biru yang menyeimbangkan antara pertumbuhan, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial. Pendekatan holistik ini memastikan bahwa upaya pembangunan tidak mengorbankan kesehatan planet maupun kesejahteraan generasi mendatang.
Lalu, apa saja tujuan pembangunan berkelanjutan berbasis iklim yang paling penting untuk kita perhatikan saat mempertimbangkan peran SDG dalam pembangunan masa depan dunia?
SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Tujuan ini menekankan pentingnya akses terhadap energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern bagi semua. Ini mencakup peralihan ke sumber energi terbarukan, serta modernisasi sistem energi global dengan pendekatan keterjangkauan dan inklusivitas bagi seluruh warga dunia.
SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
Tujuan ini berfokus pada penciptaan kota dan permukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Strategi pembangunan kota dalam SDG ini mencakup sistem transportasi ramah lingkungan, gedung hijau, dan perencanaan kota yang lebih baik untuk mengurangi jejak karbon. Mulai dari transportasi umum yang lebih baik hingga pembangunan rumah dengan sistem pemanas dan pendingin yang lebih efisien, penting untuk mempertimbangkan semua aspek urbanisasi terhadap iklim.
SDG 14: Kehidupan di Bawah Laut
Tujuan ini menyoroti pentingnya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan laut, samudera, dan sumber daya kelautan. Salah satu fokus utamanya adalah praktik perikanan berkelanjutan untuk menjaga laut sebagai sumber pangan global. Selain itu, upaya mengurangi polusi laut seperti tumpukan sampah plastik di Samudra Pasifik dan pelarangan pembuangan limbah kimia oleh beberapa korporasi juga menjadi prioritas. Praktik positif ini membantu menjaga peran laut dalam mengatur iklim global dan kenaikan permukaan laut.
SDG 15: Kehidupan di Darat
Tujuan ini mendorong pengelolaan hutan yang berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan membalikkan degradasi lahan, serta melindungi keanekaragaman hayati. Melalui perlindungan dan pemulihan ekosistem daratan, kita membantu mitigasi perubahan iklim lewat solusi berbasis alam penyerap karbon terbesar yang dimiliki dunia.
SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
Dan yang terakhir, mungkin paling krusial, adalah tujuan untuk secara langsung menangani perubahan iklim. Tujuan ini menyerukan aksi cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Setiap pemangku kepentingan dalam sistem global perlu secara aktif mempertimbangkan dampak degradasi iklim dan bagaimana mereka baik secara individu maupun institusional dapat berkontribusi dalam melindungi planet ini. Termasuk di dalamnya adalah penguatan ketahanan terhadap bencana iklim serta integrasi upaya mitigasi ke dalam kebijakan nasional.
Sebagai badan pengatur dunia, PBB memberikan peta jalan bagi negara-negara untuk menempatkan diri dengan lebih baik dalam melindungi masa depan iklim. Namun pertanyaan utamanya tetap: apakah panduan ini dapat benar-benar diterapkan secara efektif, dan apakah target net-zero dapat tercapai di bawah prinsip-prinsip ini? Maka dari itu, semakin jelas bahwa semua pemangku kepentingan dalam proses perlindungan iklim harus mengacu pada kerangka SDG di dekade mendatang.
Tentang Fairatmos
Fairatmos adalah perusahaan teknologi iklim yang membantu Anda dalam menemukan, mengembangkan, dan menjalankan proyek karbon offset berkualitas tinggi secara skala besar. Kami percaya bahwa alam memiliki kekuatan untuk memulihkan dan menyerap gas rumah kaca dari atmosfer dengan bantuan teknologi.
Teknologi kami memanfaatkan citra satelit dan remote sensing untuk membantu komunitas dan perusahaan mengidentifikasi potensi kredit karbon hutan mereka. Kami mendukung mereka untuk beralih dari penebangan ke konservasi dan rehabilitasi hutan secara percaya diri.
Dengan teknologi monitoring berpresisi tinggi, kami membantu melacak kinerja dan integritas proyek karbon, memastikan dampak sosial dan pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan integritas yang dapat dipercaya, kami menghubungkan perusahaan yang ingin meng-offset karbon dengan proyek-proyek berkualitas.
Hingga hari ini, kami telah bekerja sama dengan lebih dari 200 pemilik lahan dan memproses lebih dari 18 juta hektare potensi karbon hutan di Asia Tenggara untuk mewujudkan inklusivitas.