Bagaimana Proyek Karbon Biru Menyelamatkan Garis Pantai Indonesia
Sains

Memahami Karbon Biru
Karbon biru mengacu pada karbon yang ditangkap oleh ekosistem laut dan pesisir di seluruh dunia. Ekosistem ini, termasuk hutan bakau, rawa, dan padang lamun, sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida (CO₂). Misalnya, bakau dapat menangkap antara 6 hingga 8 Mg CO₂e/ha (ton setara CO₂ per hektar) setiap tahun, dan meskipun padang lamun hanya mencakup kurang dari 0,2% dari lautan dunia, mereka menyumbang sekitar 10% dari karbon yang disimpan dalam sedimen laut setiap tahun (sekitar 27,4 Tg karbon).
Selain kemampuan mereka menyerap karbon, ekosistem karbon biru juga menawarkan manfaat ekonomi yang signifikan. Mereka mendukung perikanan, melindungi komunitas pesisir dari gelombang pasang, dan sangat penting dalam memerangi erosi pantai dan kenaikan permukaan laut. Namun, ekosistem yang berharga ini terancam, dengan perkiraan 340.000 hingga 980.000 hektar dihancurkan setiap tahun.
Peran Restorasi Mangrove
Mangrove memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan kesehatan pesisir. Mereka menjadi tempat pemijahan bagi spesies ikan komersial, menyaring polutan, dan melindungi garis pantai dari badai, banjir, dan erosi. Sayangnya, hutan bakau telah menurun sebanyak 30-50% dalam lima dekade terakhir, dengan tingkat kehilangan tahunan saat ini sebesar 2%. Degradasi ini terutama disebabkan oleh deforestasi yang didorong oleh budidaya udang industri dan pengembangan kota yang tidak berkelanjutan.
Meskipun tangguh, ekosistem mangrove muda membutuhkan pemeliharaan yang signifikan, terutama karena kenaikan permukaan laut. Meskipun hanya mencakup 0,7% dari area hutan tropis, degradasi ekosistem ini menyumbang hingga 10% dari emisi deforestasi global. Oleh karena itu, memulihkan dan melindungi ekosistem ini sangat penting untuk kesehatan lingkungan dan iklim.
Komitmen Indonesia terhadap Konservasi Karbon Biru
Sebuah studi oleh peneliti Sasmito dan Basyuni di National University of Singapore menunjukkan bahwa hanya 9% dari lahan potensial yang dapat dipulihkan di Indonesia yang dianggap sebagai area peluang tinggi, dengan hampir 60% diklasifikasikan sebagai peluang rendah. Provinsi dengan potensi tertinggi untuk restorasi mangrove adalah Kalimantan Timur, Utara, dan Barat di Kalimantan, serta Sumatera Selatan dan Riau di Sumatera.
Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia telah memasukkan proyek karbon biru dalam Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC). Pemerintah bertujuan untuk mengurangi emisi tahunan sebesar 29% dan 41% pada tahun 2030 melalui kebijakan yang diterapkan dari tahun 2020-2024. Keberhasilan tergantung pada adopsi protokol nasional, peningkatan regulasi lingkungan, dan penciptaan opsi pembiayaan yang lebih baik, seperti pinjaman dengan bunga rendah dan hibah negara.
Pemerintah Indonesia mengakui manfaat ekonomi dari proyek karbon biru dan mendorong kemitraan dengan sektor swasta untuk mendukung inisiatif ini.
Di Fairatmos, kami berkomitmen untuk mendukung upaya Indonesia mencapai target emisi nol bersih, memerangi perubahan iklim, dan mencegah erosi pantai. Keahlian dan proyek kami sejalan dengan visi pemerintah, dan kami secara aktif berkontribusi pada inisiatif karbon biru yang penting ini. Untuk informasi lebih lanjut tentang pekerjaan dan proyek kami, jelajahi artikel dan penawaran kami lainnya.
Referensi
Bappenas Prioritaskan Konservasi Ekosistem Karbon Biru