Mengenal Silvofishery: Solusi Berbasis Alam untuk Akuakultur Berkelanjutan dan Rehabilitasi Mangrove
Lainnya

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, seluas lebih dari 3,3 juta hektare, atau sekitar 23% dari total ekosistem mangrove global. Namun, kegiatan budidaya ikan dan udang yang tidak berkelanjutan telah menyebabkan alih fungsi besar-besaran hutan mangrove menjadi tambak.
Meski pemerintah menargetkan rehabilitasi 600.000 hektare mangrove hingga tahun 2024, baru sekitar 25% yang tercapai. Kerusakan mangrove berdampak langsung pada penurunan produktivitas tambak karena kehilangan fungsi pelindung alami dari pasang laut.
Apa itu Silvofishery?
Silvofishery adalah sistem budidaya perikanan berkelanjutan yang mengintegrasikan penanaman mangrove dengan budidaya ikan, udang, atau kerang tanpa perlu membuka lahan baru. Sistem ini menjaga keseimbangan ekosistem, meningkatkan kualitas air, dan memperkuat ketahanan pesisir.
Dua jenis kolam yang digunakan dalam silvofishery:
-
Empang Parit
Tambak utama di tengah, dikelilingi oleh area tanaman mangrove di sekelilingnya. Keduanya terhubung melalui saluran air. -
Komplang
Tanaman mangrove dan budidaya hewan dilakukan dalam satu kolam. Mangrove ditanam di tepi dan dalam pola baris. Sistem ini lebih hemat biaya dan memiliki potensi hasil yang lebih tinggi.
Jenis mangrove yang umum digunakan:
-
Rhizopora spp. – Memiliki akar kuat yang menahan tanah
-
Avicennia spp. – Cepat tumbuh dan tahan kondisi ekstrem
Studi Kasus: Smart Silvofishery di Kalimantan Timur
Pada tahun 2023, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman bersama BRGM menginisiasi Program Smart Silvofishery di Delta Mahakam. Program ini menjawab tantangan penurunan kualitas air, pasang surut ekstrem, dan menurunnya hasil panen.
Fitur utama:
-
Budidaya polikultur (udang, ikan, kepiting, rumput laut)
-
Penanaman mangrove secara strategis
-
Pelatihan komunitas lokal oleh Kelompok Salo Sumbala
Hasil:
-
Peningkatan hasil panen dan kualitas ikan
-
Perbaikan kualitas air dan penurunan risiko penyakit
-
Pemberdayaan masyarakat pesisir
Mangrove menyaring 80–90% nitrat, fosfat, dan padatan tersuspensi dalam air, serta mendukung degradasi zat pencemar seperti pestisida dan hidrokarbon.
Kesimpulan
Silvofishery adalah wujud nyata Solusi Berbasis Alam (Nature-Based Solutions) yang mendukung:
-
Adaptasi perubahan iklim
-
Penyerapan karbon
-
Pelestarian biodiversitas
-
Ketahanan ekonomi masyarakat pesisir
✅ Eksplorasi Lebih Lanjut
Dapatkan informasi terbaru tentang pasar karbon dan solusi iklim berbasis alam.
📘 Kunjungi blog kami: Fairatmos Insights
🔗 Ikuti kami di LinkedIn untuk pembaruan mingguan!
Nantikan artikel-artikel menarik lainnya dari Fairatmos seputar teknologi iklim dan solusi berbasis alam di Asia Tenggara.
References:
Hammond, N. (2022). Can Mangroves Clean Water? MANG. https://www.manggear.com/blogs/stories/can-mangroves-clean-water
Inforial. (2023). Smart Silvofishery: An eco-friendly boost to the economy. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/adv/2023/12/07/smart-silvofishery-an-eco-friendly-boost-to-the-economy.html
Prayoga, N. (2023). Safeguarding A Coastal Community with Silvofishery. WeADAPT. https://weadapt.org/placemarks/maps/view/54006/
Sandjaya, S. (2024). Indonesia’s Mangrove Rehabilitation Plan Faces Hurdles Amid Bold Ambitions. CHANGEMAKR.ASIA. https://changemakr.asia/indonesias-mangrove-rehabilitation-plan-faces-hurdles-amid-bold-ambitions/
Saputro, C. H. C. (2020). Silvofishery, Alternatif Pelestarian Hutan Mangrove. Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2020/07/26/silvofishery-alternatif-pelestarian-hutan-mangrove/
Shell, C., Mualim, K., Luccioni, M., & Schmitter, S. (2024). Aquaculture: Lessons Learned for Silvofishery Expansion in Indonesia. In Stanford Center for Ocean Solutions. https://law.stanford.edu/wp-content/uploads/2024/08/StanfordBlueFoodActionLab_StudentReport_Aquaculture_2024APR18.pdf