Explore AtmosWatch with a 14-day Free Trial. Click here to register now!
Fairatmos

Dekarbonisasi Sektor Pertanian dengan Metode Alternate Wetting and Drying

Sains

AuthorVanessa Susanto
Dipublikasikan 26 Mar 2025
Dekarbonisasi Sektor Pertanian dengan Metode Alternate Wetting and Drying

Pada tahun 2021, sektor pertanian Indonesia menyumbang 154,16 juta ton CO2 ekuivalen atau 2,4% dari emisi pertanian global. Budidaya padi menyumbang sebagian besar emisi ini, mencapai 57,88% dari emisi pertanian domestik. Padi adalah makanan pokok Indonesia, menjadikan negara ini salah satu konsumen padi terbesar; konsumsi padi di Indonesia hampir mencapai 150 kg per orang per tahun. Indonesia bertujuan untuk mandiri dalam budidaya padi dan, akhirnya, menjadi eksportir padi. Peningkatan produksi, teknik pertanian yang tidak optimal, penggunaan bahan bakar diesel untuk alat pertanian, dan penggunaan pupuk sintetis telah menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca dalam lima tahun terakhir. Salah satu cara untuk mengurangi emisi dalam budidaya padi adalah dengan metode Alternate Wetting and Drying (AWD).

Apa Itu Alternate Wetting and Drying (AWD)?

Dalam budidaya menggunakan metode AWD, lahan padi secara berkala digenangi dan tidak digenangi. Sebuah 'pipa pengukur air' - pipa PVC sepanjang 30 cm dengan lubang-lubang yang menutupi setengah tinggi pipa - dipasang untuk memantau tingkat air di lapangan. Menurut International Rice Research Institute, AWD diterapkan dua minggu setelah bibit padi dipindahkan ke lahan basah. Lahan dibiarkan kering hingga mencapai tingkat air tertentu, misalnya 15 cm di bawah permukaan tanah; ini diukur melalui pipa pengukur air. Kemudian, lahan digenangi kembali hingga tingkat air mencapai 3-5 cm di atas permukaan tanah. Proses ini dilakukan secara terus-menerus kecuali selama fase berbunga ketika lahan padi sangat sensitif terhadap kondisi kering.

Bagaimana AWD Membantu Mengurangi Emisi?

Lahan padi yang selalu tergenang mengeluarkan jumlah emisi yang signifikan, menyumbang 20-40 ton metana (CH4) setiap tahun dan menyusun 10-12% dari emisi antropogenik dari sektor pertanian. Gas metana ini dihasilkan dari dekomposisi bahan organik oleh metanogen (bakteri penghasil metana) yang terjadi dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). Membiarkan lahan mengering memungkinkan masuknya oksigen ke dalam tanah, sehingga menghentikan proses anaerobik. Sebaliknya, pengeringan lahan mendukung peningkatan populasi dan aktivitas metanotrof. Metanotrof adalah bakteri aerobik yang mengubah metana menjadi karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca yang kurang berbahaya dibandingkan metana. Metode AWD telah terbukti mengurangi emisi metana sebesar 20-70%.

Manfaat Lain dari AWD

Pengeringan secara teratur menyebabkan pengurangan konsumsi air hingga 30%. Akibatnya, kebutuhan irigasi berkurang dan ketahanan terhadap kelangkaan air meningkat. Metode AWD tidak mengurangi hasil panen dibandingkan dengan metode penggenangan terus menerus yang konvensional. Sebaliknya, AWD dapat meningkatkan hasil dengan mendorong pertumbuhan akar yang lebih kuat. Dengan menurunkan biaya irigasi dan meningkatkan produktivitas tanaman, petani dapat memperoleh imbal hasil finansial bersih yang lebih tinggi.


Tetap terupdate mengenai topik dekarbonisasi dan pasar karbon dengan mengunjungi halaman Insights kami 🌳

Tanya kepada para ahli kami jika Anda ingin menjelajahi lebih lanjut → https://calendar.google.com/calendar/u/0/appointments/schedules/AcZssZ0p7LzHA2gXhiZY9L3lo0O6kDm0bxEHigYT0tu3eYYXNAfmTR9GWTrLQfTfVYzfiCHzXy_yoeG3

 

Referensi:

[1] Naik, N. (2023). Indonesia’s Agriculture Sector Contributed 2.4% of Global Agricultural Emissions in 2021. Climate Scorecard. https://www.climatescorecard.org/2023/03/indonesias-agriculture-sector-contributed-2-4-of-global-agricultural-emissions-in-2021/

[2] Siahaan, M. (2024). Greenhouse gas (GHG) emissions from agriculture in Indonesia from 2008 to 2021. Statista. https://www.statista.com/statistics/1226721/indonesia-ghs-emissions-from-agriculture/

[3] International Rice Research Institute. (2024). Alternate Wetting and Drying. GHG Mitigation in Rice. https://ghgmitigation.irri.org/mitigation-technologies/alternate-wetting-and-drying

[4] Ma, K., Conrad, R., & Lu, Y. (2013). Dry/Wet Cycles Change the Activity and Population Dynamics of Methanotrophs in Rice Field Soil. Applied and Environmental Microbiology, 79(16), 4932–4939. https://doi.org/10.1128/aem.00850-13

Berita
Artikel
Teknologi Kami
Teknologi Kami
Stay Updated
connect
Fairatmos
GoWork, Pacific Place Mall, 1st floor unit 1-77
Jl. Jend Sudirman Kav. 52-53
Kebayoran Baru, Senayan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Indonesia 12190
LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN
PT UDARA UNTUK SEMUA
Email hello@fairatmos.com
WhatsApp Number +62 851 8332 2405
Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
WhatsApp Number +62 853 1111 1010
iso